Salsabilakp | Semanis Cappucino

 Semanis Cappucino

“Cappucino pertamanya. Jadi cinta pertama Latte.”

Namanya Latte.  Kedua orang tuanya merupakan pecinta kopi. Mereka sama-sama menyukai kopi latte. Sehingga mereka memberikan nama "Latte" kepada anak tunggalnya. Berbadan tinggi, berkulit putih, dan seorang kutu buku cukup menjadi alasan kuat kenapa Latte begitu populer. Terlebih lagi ia dikenal sebagai pria yang misterius, dingin dan jarang bicara. But, he is really handsome and a nice guy.

Latte memiliki jiwa bisnis seperti ayahnya. Dulu sebelum ayahnya membuka usaha properti, beliau membuka sebuah kedai kopi yang menjadi saksi pertemuan ayahnya dan ibunya. Berbekal cerita awal perjalanan bisnis ayahnya itulah Latte berencana ingin membuka kedai kopi juga.

"Kamu serius? Kamu saja tidak pernah mencoba kopi apapun karena tidak suka aromanya, haha.. "gelak tawa  sang Ayah.

Latte hanya mengiyakan perkataan ayahnya.  

Dalam gumamnya, "Aku tak ada alasan untuk menyukainya".  Rencana dan tekad Latte sudah bulat. Dan ia pun memulai bisnis pertamanya itu. Latte mulai menyiapkan segala keperluan untuk kedai kopi pertamanya. Persiapan ini sekitar 3 bulan, namun H-1 pembukaan pun Latte masih belum menemukan nama yang pas untuk kedai kopinya itu. 

Dan hari itu pun tiba. Malam yang cukup bersalju. Di hari pertama itu Latte menyapa semua pelanggannya. Paras tampannya cukup menarik perhatian. Ditambah lagi banyak teman dekatnya yang memamerkan lewat sosial media masing-masing. Memamerkan foto-foto mereka bersama Latte sekaligus mengajak orang lebih banyak lagi untuk datang ke kedai kopi itu. Yap! Dihari itu penjualannya sangat sukses. Congrats Latte! 

Kedai kopi itu belum bernama. Tapi orang-orang menyebutnya "La.Coffee". 

Latte yang masih dengan permasalahannya yang tidak menyukai aroma kopi harus menahan diri dengan baik selama pembukaan itu. 

"Aku pasti bisa.. aku pasti bisa.. sebentar lagi akan tutup." gumam Latte menguatkan dirinya.

Tepat jam 10.50 malam hari, tiba seorang perempuan bergaun pastel mendatangi kedai kopinya. Padahal Latte dan rekan-rekannya sudah bersiap-siap akan mengakhiri hari pertama kedai kopinya.

"Maaf apa masih buka?" tanya gadis itu tepat didepan Latte. Siapapun yang melihat gadis itu pasti akan pangling.

"Mau pesan apa?"

"Syukurnya... aku sudah lama tidak meminum Cappucino. Aku pesan 1" jawab gadis itu dengan senyum manis khasnya.

Latte seperti es batu, dingin tak berekspresi. 

"Kenapa orang-orang begitu menyukai kopi?" tanya Latte spontan sembari membuatkan pesanan gadis itu.

"Apa kamu tidak menyukainya?" tanya gadis itu heran.

"Iya aku tidak pernah mencobanya." jawab Latte lugas. 

Seketika perempuan itu tertawa. Dan itu membuat Latte cukup malu. Latte tahu alasan gadis itu tertawa, namun Latte merasa ia memang patut untuk ditertawakan. 

Seorang pemilik kedai kopi yang tidak menyukai kopi itu memanglah aneh, pikirnya.

Setelah berbicara dengan pikirannya sendiri, Latte selesai dengan pesanannya. 

"Ini pesananmu, semoga harimu menyenangkan." ucap dingin laki-laki yang tidak pintar senyum itu.

Gadis itu membalas, "Hari-hari kita mungkin dilewati tanpa mengingat satu momen pun. Tapi ketika kita aku minum segelas Cappucino, entah mengapa hari itu akan terasa indah dan begitu manis semanis Cappucino yang ku minum. Ya walaupun yang kita ingat hanya rasa, namun itu sudah cukup untuk mengunci kenangan 24 jam yang berharga" jelas gadis itu sambil menerima kopinya, membayar dan berlalu pergi. Serta tak lupa mengucapkan, "Terimakasih, semoga harimu pun menyenangkan. :)"

Latte tanpa sadar terpaku selama tiga detik memandangi gadis itu dan mengingat-ingat apa yang baru saja ia dengar. 

Seketika rasa bencinya pada aroma kopi hilang. Cappucino yang ia buat terasa nyaman di penciuman.

"Apa ini semanis yang ia katakan?" gumam Latte ragu dalam hati.

Latte mengingat-ingat setiap perkataan gadis itu sembari membuat segelas Cappucino untuk dirinya sendiri. Finally, seorang pemilik kedai kopi mencoba kopi pertamanya. 

Setelah selesai, ia duduk tepat di kursi barista itu. Dalam hati berkata, “Semoga aku menyukainya.”

Perlahan ia meyakinkan diri, dan "slurp". 

"Bagaimana bisa?", ia berbicara dengan pikirannya sendiri.

Ia merasakan rasa manis yang sedikit pahit walaupun begitu Latte tetap menyukainya! Ia membenarkan perkataan gadis itu. Lantas Latte akhirnya tahu cara tersenyum. Sekali lagi ia meneguk cappucinonya. 

"Bisa-bisanya hatiku ragu antara menyukai ini atau yang barusan datang ke Kedai kopiku."


-Tamat-


Salsabilakp Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika Twitter : @salsabilakp2208 IG : @salsabilakp2208

Belum ada Komentar untuk "Salsabilakp | Semanis Cappucino"

Posting Komentar

Scroll lagi keatas untuk klik "Tulis Komentar". Biar author makin semangat nulisnya ๐Ÿ€

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

ttd