[Indo] Salsabilakp | Kiyut Fly
Hadiah terbesar
dalam hidup ini adalah persahabatan.
Dan aku telah mendapatkannya.
Pada
suatu hari, di tepian sungai hutan Amazon. Ada dua telur yang dihangatkan oleh
terik matahari dan diselimuti dedaunan kering yang berjatuhan. Entah bagaimana
ceritanya mereka bisa sampai di hutan itu.
Tepat
saat burung tico-tico berkicau, kedua makhluk itu akan menetas sehingga mulai
menendang-nendang keras cangkangnya.
Krkrk..
Anak
ayam begitu santai keluar dari cangkangnya sedangkan anak bebek begitu antusias
ingin mengijakkan kakinya di tanah amazon itu.
“Yeah..!(melompat
keluar dari cangkang)”
“Aku
tau, aku bebek yang hebat!”, teriaknya percaya diri.
Hanya
tiga detik saja dia sudah bisa keluar dari cangkangnya tanpa berlama-lama
memecahkannya. Ia menyebut dirinya “Duck”. Melompat kesana kemari seperti tak
ada capeknya.
Sementara
itu anak ayam belum juga selesai dari aktifitasnya untuk keluar dari cangkang.
Ia begitu kesulitan dan susah untuk membalikkan dirinya dari posisi telentang
dengan masih bersama cangkangnya itu.
Dari
kejauhan Duck melihat cangkang telur yang bergerak-gerak. Dengan penasaran
perlahan tapi pasti ia mendekati telur tersebut.
“Eh
apa itu? Apa ia saudaraku?”, gumam Duck penasaran.
Perlahan
ia mulai mendekati cangkang telur yang hanya bergoyang-goyang pelan dengan kaki
yang muncul dari salah satu retakan.
“Heyy..
yoo..! Siapa disana??”, teriak Duck tepat di lubang retakan itu. Dengan
mendekatkan telinganya untuk memastikan apa ada orang didalamnya atau tidak.
“Haa..
Siapa disana?? Akhirnya ada yang bisa membantuku.. Tolong aku berdiri, aku
sudah lelah memecahkan cangkang ini. Kaki kecilku terlalu lembut untuk
memecahkannya.”, jelas manja si anak ayam.
“Baiklah
kalau itu mau mu”, sahut Duck.
Dengan
cepat ia patuk-patuk sampai cangkang itu pecah. Dan ia heran karena yang keluar
dari cangkang adalah berbulu kuning sedangkan ia berbulu coklat.
“Yes! Akhirnya aku bebas,, wuhuuu..”, teriak
kiyut.
“Ternyata lembut juga tanah ini”, sambil meremas-meremas
tanah dengan cakar mungilnya.
“Apa yang harus aku lakukan ya?”, ia
perhatikan dengan seksama sekelilingnya.
Dengan masih keheranan, Duck memperhatikan
ayam kuning itu. Kok beda? Bisiknya dalam hati. Bersamaan kiyut pun juga
memerhatikannya.
“Hei, siapa kamu?”, sapa kiyut.
“Aku kiyut, siapa namamu?”
“Aku Duck. Bukan kah kita kembar? Tetapi
bulumu berbeda”
“Ya jelas beda, aku ini anak ayam, kamu itu
anak bebek”, terang Kiyut.
“Bagaimana kamu tau?”
“Aku ini pintar, tak seperti kamu”, logat sombongnya.
Duck hanya mengangguk paham.
“Yasudahlah, sekarang
waktunya kita lakukan sesuatu. Ini hari pertama kita, mari lakukan hal
luarbiasa!”, sambung Kiyut.
“Kamu benar, kiyut! Mari ikut aku ketepian
sungai, kita coba menyebranginya!”, ajak Duck pada Kiyut yang begitu
bersemangat menjadi anak ayam di hari pertamanya.
“Jom!”, sorak Kiyut bersemangat.
Mereka
pun mulai berjalan mendekati sungai yang tepat berada didekat mereka.
“Nah, aku yang pertama coba untuk berenang
ya, nanti kamu ikuti aku”
“Oke ndut”, sambil mengacungkan jempolnya.
“Namaku Duck, bukan ndut..”
“Yasudah terserah, cepat aku tak sabar juga
mau berenang”
Untuk
pertama kalinya kaki kecil berselaput itu menyentuh air, dan sekali mencoba
Duck langsung bisa berenang.
“Lihat
aku, Yut! Aku berenang!”, teriak girang Duck pada Kiyut.
“Wahh…
hebat kamu ndut, aku mau juga..! Tunggu aku!”, sahut Kiyut.
Malang
nasib, Kiyut tak berhati-hati. Ia langsung mencebur diri, melompat kedalam
sungai. Alhasil, ia hampir saja tenggelam.
“Ndut..! Tolong, ndut..! Aku tenggelam,
ndut…!!”
“Kiyut??!! Tahan, Yuttt..!”
Dengan
sigap, Duck menolong Kiyut untuk segera merapat ke tepian. Kepakan-kepakan
sayap si Kiyut menunjukkan ia begitu syok. Sesampainya ditepian,
“Aku tak mau lagi berenang! Aku benci
berenang!”, kesal Kiyut atas kejadian itu.
“Kamu hanya kurang hati-hati, kalau belajar
pasti bisa”, kata Duck menenangkan.
“Enggak-gak-gak.. aku tak mau belajar
berenang. Sekarang akan ku coba untuk belajar terbang. Kurasa sayapku punya
kemampuan untuk itu”.
Kiyut tak kehabisan akal. Ia mencoba hal yang
lebih ekstrim lagi. Yaitu terbang!
“Setauku yang bisa terbang hanya burung,
kalau kita gak bisa, yut”, kata Duck keheranan.
“Itu menurutmu, menurutku aku bisa. Aku
dilahirkan untuk itu”, jawab Kiyut penuh percaya diri.
“Yasudah kalau kamu begitu percaya diri”
“Yasudah, sekarang temani aku ke puncak
gunung itu. Aku akan belajar terbang disana”
“Baiklah”
Pelan
tapi pasti. Dengan medan jalan yang cukup terjal. Sampai juga mereka di gunung
yang ditunjuk si Kiyut tadi.
“Sebentar lagi kamu akan liat kalau aku
sungguh bisa terbang”, sekali lagi Kiyut meyakinkan temannya itu dengan penuh
percaya diri.
“Hati-hati yutt..”
Pada
dahan yang cukup rendah, ia berhasil melewatinya.
“Yeee.. aku terbang..”, namun ia mampu
terbang hanya satu meter saja dari tanah. Cukup rendah bagi burung. Cukup
tinggi bagi seekor ayam. We must give applause, maybe.
“Wah.. hebat kamu kiyut, bisa terbang..”,
sorak Duck gembira.
“Iya dong.. aku ini ayam yang hebat, tak
seperti kamu! Cuma bisanya berenang”, cemoohnya.
Duck
hanya mengangguk tanpa perlawanan. Sifatnya yang tenang tak membuatnya terlalu
memikirkan perkataan Kiyut tadi. Malah dia makin menyemangati temannya itu
untuk terus mencoba.
“Aku
mau coba lagi ah..”, sahutnya senang.
Hampir
satu jam kiyut tak henti-hentinya untuk terbang dengan ketinggian yang sama.
Duck tetap sabar menunggu sambil mencari makanan di sekitar pepohonan disana.
Hingga akhirnya Kiyut bosan dan mau mencoba hal yang lebih lagi.
“Ndut, kurasa aku perlu cari pohon yang lebih
tinggi lagi, aku belum puas. Aku ingin mengitari hutan amazon ini seperti
elang!”, angannya.
“Tapi apa itu tak bahaya yut? Kita masih
terlalu kecil..”, kata Duck.
“Hehh.. itu karena nyalimu saja yang kecil.
Yasudah aku naik dulu ke pohon yang lebih tinggi”
Kiyut
menaiki pohon yang cukup tinggi untuk mengambil ancang-ancang terbaik untuk
terbang. Sesampainya di puncak tertinggi,
“Ndutt.. aku mulai yaa…”, teriak Kiyut.
“Hati-hati yutt..”, sahut Duck dari bawah
pohon.
“Satu..dua..tiga..”, malang nasib si kuyut,
ia berusaha mengepakkan sayapnya sekuat tenaga.
Namun, yang terjadi, “Ndut kurasa aku tak
bisa terb…. Aaaaa…”
“Kiyut….!!!”
Gedubrakk…
Duck berlari menghampiri Kiyut yang
jatuh dari dahan yang cukup tinggi. Kiyut terlihat pusing. Duck perlahan-lahan
menyadarkan Kiyut.
“Yut
kamu tak apa?”, sambal menggoyang-goyang badan Kiyut.
“Aduh,
kepala ku pusing sekali, tapi aww…”, Kiyut merasa sakit di sayap kirinya.
Duck
mengecek sayap Kiyut.
“Wah
ini sayapmu patah..”, jawab Duck.
“Benarkah?!!”,
teriak Kiyut tak percaya.
“Aw..
aw.. aw...”, sambil memegangi sayapnya.
Dari
kejadian-kejadian itu Kiyut dapat memahami bahwa tak segalanya bisa ia lakukan.
Semua orang punya keterbatasan. Tak perlu ada yang disombongkan.
“Bener kamu ndut, aku
tak boleh memaksakan diriku untuk segala hal.. maafkan aku,
ya,
yang tak mendengarkanmu..”, ucap Kiyut sambal meminta maaf pada Duck.
Karena
Duck baik hati, ia tak sedikit pun merasa tersinggung dengan sikap Kiyut
terhadapnya.
“Sudah,
tak apa. Aku tau ini hari yang menggembirakan bagimu. Wajar saja jika kau ingin
melakukan banyak hal yang tak biasa. Jom, kita pulang”, jawab Duck sambil
tersenyum.
Kiyut
hanya membalas sambal tersenyum penuh haru.
Hari
mulai gelap. Mereka pun kembali menuruni bukit untuk kembali ke tempat mereka
mentas tadi. Duck menopang tubuh Kiyut sambil menyusuri hutan Amazon. Walaupun
salah satu sayap Kiyut patah, namun mereka masih bisa bercanda tawa.
Dan
akhirnya, mereka pun menjadi sahabat selamanya. -Tamat-
-Cerpen original-
salsabilakp
salsabilakp
Belum ada Komentar untuk "[Indo] Salsabilakp | Kiyut Fly"
Posting Komentar